Nglarastenan
– Memancing, dimana telah kita ketahui bersama bahwa dunia mancing
sudah ada sejak nenek moyang kita yang terkenal sebagai seorang pelaut.
Petikan syair nenek moyangku seorang pelaut lebih kurang sebagai
berikut:
nenek moyangku orang pelaut
gemar mengarung luas samudra
menerjang ombak tiada takut
menempuh badai sudah biasa
angin bertiup layar terkembang
ombak berdebur di tepi pantai
pemuda b’rani bangkit sekarang
ke laut kita beramai-ramai
Jadi,
karena negara kita sudah sangat terkenal dengan dunia bahari sehingga
sangat pas lagu tersebut untuk menginspirasi tentang semangat bangsa
dari dulu kala. Lalu, siapa yang membangun Borobudur??? Kan katanya
nenek moyang kita pelaut!!! Yah gitu aja di pikirn, suda lupakan!
Memancing adalah istilah/sebutan
menangkap ikan dengan menggunakan umpan (memancing ikan untuk mendekat
dan memakan), yang telah dilengkapi dengan mata kail. Memancing era
jadul (jaman dulu) penulis sangat sederhana, modal mata kail dan kenur
damil dengan umpan alami berupa cacing atau pun laron di musim hujan.
Memancing jaman jadul sangat enak, ibaratnya tanpa modal karena di
kali-kali kecil menyediakan ikan yang berlimpah dari lele kampung yang
gurih nikmat, belut sawah, wader/benteur, uceng ataupun baby gabus juga
kutuk.
Memancing di era jadul (masa kecil) bila
tak mendapatkan kail, kita cukup membengkokkan peniti dan kalau mau
kreatif bisa memipihkan dibuat seperti mancing suguhan. Jangan
membayangkan memancing seperti jaman sekarang, memancing era penulis
hanya menggunakan batang bambu yang telah di serut, yang diujungnya
diikat dengan senar/kenur damil.
Penggulung senar (reel) pada masa kecil
hanya impian, karena alat mancing modern masih sangat langka dan
terbatas peredarannya. Jangan berfikir pula memancing era itu
menggunakan pelampung bulu merak yang mahal, karena pada era itu
pelampung cukup sandal jepil bekas yang dipotong dan diikat di senar.
Era jadul, masa kecil nglarastenan masih
terngiang mancing hujan-hujan sore hari dengan target ikan lele, karena
pada masa itu ikan lele akan sangat rakus dan keluar mencari mangsa
disaat banjir tiba. Pulang kadang selepas maghrib, dengan serenteng ikan
campur-campur di lidi daun kelapa yang di tusukan di insan ikan
(makhlum jaman dulu gak kenal koja, korang tempat ikan seperti saat
ini). Tidak hanya rentengan ikan yang didapat pulang mancing dimasak
kanak-kanak, tapi sampai di rumah sudah pasti mendapatkan bonus kuliah
tujuh menit dari orangtua.
Selain mancing selepas hujan, mancing
paling berkesan ketika mancing belut dikala sawah akan disemai padi,
karena lubang tempat belut berada sangat mudah dijumpai dan terlihat
dengan jelas dan tentu tidak takut salah dengan lupang ular. Pokoke era
kanak-kanak eranya kegembiraan, termasuk dunia memancing.
Dari masa lalu yang jadul kita meloncat
ke jakin (jaman kini), yaitu memancing di era modern. Peralatan mancing
modern dan bermacam-macam pernak pernik, dari yang sederhana sampai yang
canggih dari yang hanya ribuan sampai jutaan rupiah. Baik, kita mulai
mengenal alat-alat mancingnya satu persatu.
Kenur/Line/Senar:
Kalau di era jadul kita tidak banyak mengenal produk ini, selain belum
popularnya mancing juga produsen alat ini yang terbatas, di era
jadulyang cukup legendaris adalah kenur dengan merk damil, namun saat
ini banyak tersedia pilihan kenur baik mono maupun braided/pe
(polyethilene), kenur untuk fly fishing dan lain-lain, bahkan neklin
pun tersedia berbagai ukuran untuk ikan-ikan bergigi tajam
seperti bawal/pacu, tenggiri, baracuda, dan lain-lain.
Reel / penggulung senar/kenur:
Era nglarastenan dimasa balita tidak mengenal reel, tapi hanya seutas
kenur yang di ikat di ujung joran dan ujung satunya langsung diikat di
mata kail dan ditengah diikat pelampung sendal jepit, ataupun kalo ada
spare kenur paling-paling pake kaleng atau bambu untuk kelosannya.
Saat ini penggulung kenur sudah sangat
beragam dengan harga dari ribuan sampai jutaan rupiah. Untuk merk lokal,
kita bisa membeli penggulung ini dengan harga mulai 20 ribu rupiah,
namun bagi para mania mancing tentu merek-merek dengan kualitas terbaik
menjadi koleksinya, seperti Shimano dan Daiwa.
Shimano misalnya, produk high-end merek
ini mencapai angka sepuluh juta lebih, demikian juga dengan Daiwa.
Sebenarnya ada juga reel high-end tapi kurang popular dimata para
pemancing, seperti Accurate yang harganya juga cukup menguras kantong.
Penggulung kenur ini juga ada beberapa
type, reel untuk spinning, casting, fly atau over-head, jadi disesuaikan
dengan kepentingan dan joran/rod yang akan digunakan, misal reel
popping dengan tingkat gulung kenur yang cepat, ataupun reel untuk
ngoncer ikan hidup, atau di seri Shimano lebih sering kita dengar dengan
nama reel baitrunner.
Joran/Rod:
Sama dengan reel, joran juga sangat penting untuk eksekusi keberhasilan
dalam memancing, karena joran yang baik akan membuat ikan cepat lelah
dan mudah diangkat. Sebuah joran berkualitas harganya cukup membuat
kantong tipis, karena mencapai puluhan juta rupiah. Jamannya penulis
masih kecil joran cukup dengan walesan bambu, bahkan ada yang percaya
bahwa joran yang di buat dari bambu untuk mengukur liang lahat akan
ampuh, sering mendapatkan ikan (bertuah), meski penulis sendiri
meragukan hal tersebut.
Negara pembuat reel atau joran paling
terkenal, kuat, berkualitas tentu Jepang pioneernya. Mungkin
terinspirasi dari kegemaran masyarakat Jepang yang sangat gemar
mengkonsumsi berbagai macam ikan, seperti sashimi dan lain-lain. Selain
reel, Jepang juga mempunyai hand-made joran yang mumpuni, terutama untuk
popping, Carpenter. Joran ini selain enteng mempunyai kualitas yang
cukup baik, karena sang empunya adalah penggila mancing. Selain Jepang,
banyak joran berkualitas besutan Amrik, seperti G-Loomis, Smtih, dan
lain-lain.
Kenapa harga joran bisa selangit, bahkan
bisa dibandingkan dengan stick golf? Karena bahan yang berkualitas,
seperti ringan dan kuat menjadi spesifikasi untuk joran, seperti carbon,
titanium ataupun cincin/ring-guide (kolongan kenur) mesti dari keramik
berkualitas aga mampu menahan gesekan yang kuat dari kenur, terutama
kenur braided.
Mata Kail:
Mata kail sangat penting dan merupakan benda utama untuk memancing.
Meski keliatannya simpel dan kecil, berhasil tidaknya memancing kadang
tergantung juga dengan kualitas mata kail yang berkualitas. Biasanya
mata kail meski harganya tidak selangit, harus berbahan yang berkualitas
seperti mengandung carbon dan campuran yang seimbang, sehingga
menghasilkan mata kail yang tajam, kuat (tidak mudah patah dan lurus).
Produsen mata kail yang cukup terkenal saat ini antara lain owner,
gamagatsu dan lain-lain.
Jenis mata kail juga beragam, seperti
single hook (mata kail tunggal), treble hooks (atau mata kail tiga)
ataupun mata kail garong (untuk mancing baronang, atau ikanbermulut
kecil lainnya).
Pelampung:
Bukan pelampung untuk orang seperti jaket, tapi pelampung yang dimaksud
adalah pelampung untuk mendeteksi bahwa umpan kita telah dimakan oleh
ikan (target mancing), Jadi dengan pelampung memudahkan kita
mengidentifikasi.
Pelampung ini juga banyak ragam, mulai
dari pelampung bulu merak, pelampung plastik dan lain sebagainya,
tergantung situasi dan kebutuhan. Pelampung bulu sangat cocok untuk
memancing ikan mas, tetapi pelampung gantung atau pelampung bola
biasanya cukup baik untuk memancing ikan baronang dengan medeteksi
getaran. Selain memakai pelampung, memancing bisa juga dengan cara
gelosor, yaitu memancing tanpa pelampung dengan mendeteksi ikan di makan
dengan cara mengidentifikasi gerakan kenur, atau terikan ikan melalu
kenur langsung.
Timah/Pemberat:
Timah berguna untuk membuat umpan kita sampai kedasar (tenggelam),
sehingga bisa mencapai keberadaan ikan yang akan kita pancing. Timah
tidak mutlak, namun sangat wajib untuk mancing dasar (dilaut) ataupun
glosor (galatama ikan mas, dan patin).
Persiapan peralatan tersebut diatas sudah
sangat cukup untuk memancing ikan, baik di laut, maupun di empang dan
juga alam liar, tinggal kita sesuaikan dengan kekuatan target ikan yang
akan kita pancing, meski tidak mutlak.
Contoh, untuk mancing di empang harian
maka kita cukup dengan peralatan pancing yang sederhana, reel ringan
joran yang cukup dan tidak berlebihan (sesuai), misal dengan reel klas
1000 sampai dengan 3000 sudah cukup dengan joran berkekuatan 4lbs –
14lbs. Untuk mancing target ikan besar di laut lepas dengan potensi
strike ikan besar maka peraltan dengan reel, rod, hook serta line yang
kecil tidak sesuai dengan alat tadi tadi, apalagi kalau kita harus
me-release ikan tangkapan kita.
Selain mancing gratis di alam liar
seperti masa keemasan penulis diwaktu kecil, saat ini mancing bisa
bermodal yang cukup besar, selain modal peralatan juga modal untuk
mengikuti suatu acara mancing, baik galatama (ikan tidak diabwa pulang)
atau pun lomba harian. Contoh, beberapa tahun yang lalu penulis pernah
menjadi penonton dan saksi lomba galatama ikan mas dengan tiket 20 juta,
diman ikan tidak dibawa pulang dan peserta datang dari luar kota,
bahkan luar pulau seperti Kalimantan dan Sumatera, atau daerah lain.
Bahkan kemaren pada hari minggu, di kolam
lomba harian dekat rumah mengadakan lomba yang biasanya hanya diadakan
dalam satu tahun dua kali saja dengan tiket per peserta mencapai 5,5
juta rupiah. Karena harian, maka ikan yang di tebar dan kena pancing
menjadi hak pemancing untuk dibawa pulang dibagi-bagikan ke tetengga,
akrena gak mungkin wng dapetnya banyak. Dengan tiket tersebut, ikan
ramai yang ditebar mencapai 3,3 ton dan ikan induk 88 ekor dengan bobot
bervariasi, jadi total lebih kurang 4 ton dalam satu kolam.
Masih percaya nenek moyang kita seorang pelaut kan??? Penulis sih tetep masih fifty-fifty, karena kalau
pelaut kan harusnya penulis bisa berenang, tapi ternyata tidak, penulis
hanya modal nekat untuk mancing ke laut, karena selain tidak bisa
berenang juga jawara mabok laut, dan konsumsi ikan masyarakat yang
katanya negara bahari belum tidak ada apa-apanya dengan Jepang yang
sumberdaya alamnya tidak seberapa dibandingkan kita. Nah, mari galakkan
kembali makan ikan dan biar ringan, mari kita pergi mancign
bersama-sama. end/kd